Pengantin yang Sekarat di Hari Pernikahannya: Kisah Menyentuh Kristie Mills

 Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Sejak masa kanak-kanak, Kristie Mills menderita cystic fibrosis, sebuah penyakit paru-paru kronis yang berakibat fatal. Meski divonis takkan berumur panjang, pada umur 21 Kristie memutuskan menikah dengan kekasihnya, Stuart Tancock, pada musim panas ini.

Kisah perjalanan Kristie ke gerbang pernikahan ditayangkan dalam acara “Breathless Bride: Dying to Live”, program dokumenter yang tayang di TLC beberapa malam lalu.

Kami mewawancara Kristie via email, karena dia tidak sanggup diwawancara via telepon. Kristie menjawab pertanyaan kami dengan jujur, spontan, dan emosional.

Pernikahan Kristie menggunakan "bunga palsu dan kue pernikahan yang tidak dibuat khusus.” Tempat pernikahannya pun dipilih yang kira-kira dapat dibatalkan sewaktu-waktu, jika Kristie merasa sangat sakit.

Ini bukan sekadar cerita tentang sebuah pernikahan. Ini cerita tentang pernikahan yang hampir tidak dapat terwujud.

Kristie, yang tinggal di Inggris, berkenalan dengan Stuart dua tahun lalu. Sejak saat itu, Stuart menjadi teman sekaligus motivatior untuk Kristie. Pergi ke tempat pernikahan dan meninggalkan rumah sakit dapat berakibat fatal, kata Kristie. Dia sudah diperkirakan akan meninggal dalam beberapa hari jika tidak menerima donor organ tepat waktu.

"Aku rasa mereka mewujudkan permintaan terakhirku," tulis Kristie dalam email. Malam itu dia kembali ke rumah sakit. "Para perawat mengatakan aku akan meninggal."

Karena membutuhkan paru-paru untuk bertahan hidup, tiga bulan sebelum menikah Kristie sudah mendaftar untuk transplantasi. Ajaibnya, delapan hari setelah menikah, dia mendapatkan donor yang cocok.

Operasi dilakukan selama empat jam dan pemulihan awal sangat menyakitkan. "Aku tidak pernah membayangkan rasanya akan sesakit itu. Aku bahkan berhalusinasi dan merasa sangat tersiksa setelah menjalani transplantasi."

Kristie tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai donor atau keluarga donor yang menolongnya, namun dia bercerita tentang perasaan yang campur aduk setelah menerima organ tersebut.

"Aku masih berduka [untuk keluarga pendonor] dan berharap lebih baik aku yang mati daripada membuat mereka melakukannya. Pendonorku memutuskan untuk menyumbangkan paru-parunya, dan keluarganya, walaupun sedih, akhirnya menyetujuinya. Itu merupakan perbuatan yang sangat mulia."

Kini Kristie tinggal bersama suaminya di Devon. Kristie menuliskan pengalamannya di blog, membantu mencarikan donor baru, dan meningkatkan kesadaran tentang penyakit cystic fibrosis dengan ceritanya tersebut.

Meski dengan kondisi kesehatan yang tak prima, Kristie mencoba menjadi istri yang baik. Pasangan itu menghabiskan waktu bersama ketika sedang tidak bekerja. Mereka memasak bersama, pergi nonton ke bioskop, bahkan panjat tebing. Kini Kristie sudah jauh lebih pulih.

Kristie juga realistis tentang kemungkinan mempunyai anak. "Aku tidak mempunyai harapan hidup yang normal, jadi aku tidak mau punya anak karena aku tahu aku pasti akan meninggalkannya sewaktu-waktu dan aku akan sangat sakit. Lalu Stuart harus mengurus anakku dan aku."

Kristie menyadari besarnya bahaya melahirkan setelah transplantasi — ditambah lagi kemungkinan menurunkan penyakit cystic fibrosis ke anaknya. Namun dia dan suaminya ingin menjadi orangtua asuh suatu saat. Pada saat ini, yang terpenting untuk mereka adalah pernikahannya.

"Aku menjalani pernikahan dengan sangat serius. Aku rasa tidak banyak orang yang mengalami seperti yang kami alami. Stuarts kadang mengatakan padaku betapa berat bebannya saat sedang bersamaku dan betapa dia tidak sanggup melihatku menderita dan meninggal.”



Sumber
http://id.yahoo.com/

Senantiasa kita lebih Bersyukur

Syukuri apa yg ada..

Dalam hitam ada putih
Dalam putih ada hitam
tergantung mana yg kita perhatikan (fokus)

Mendengar anggota keluargaku ngomel di rumah, berarti aku masih punya keluarga.

Merasa lelah & pegal linu setiap sore, itu berarti aku mampu bekerja keras.

Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu di rumah, itu berarti aku punya teman.

Pakaianku terasa agak sempit, itu berarti aku makan cukup.

Mencuci dan menyetrika tumpukan baju, itu berarti aku memiliki pakaian.

Membersihkan halaman rumah, jendela, memperbaiki talang & got, itu berarti aku memiliki tempat tinggal.

Mendapatkan rekan kerja/bisnis yang mengesalkan menandakan karier/bisnis ku masih bergerak & hidup.

Mendapatkan banyak komplainan dari customer kita menandakan bahwa customer kita masih ada & masih loyal & menginginkan perubahan ke arah lebih baik.

Mendengar nyanyian suara yang fals, itu berarti aku bisa mendengar.

Mendengar bunyi jam alarm di pagi hari, itu berarti aku masih hidup.

Akhirnya…banyak hal yang dapat kita syukuri setiap hari..

aku juga bersyukur mendapatkan broadcast ini, karena secara tidak sadar aku masih memiliki teman yang peduli padaku.

Sumber
Broadcash ввм temanku

Bangkrutnya si Leher Beton


VIVAnews - Berandalan itu dibekuk polisi. Di keramaian Los Angeles suatu malam. Dia sudah sempoyongan. Alkohol dan kokain membunuh segenap ingatan. Memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Nyaris seruduk kiri kanan. Lupa pula membawa surat ijin mengemudi.
Kepada polisi dia mengaku tersesat. Hendak pergi  ke sebuah pesta, malah nyasar jauh dari tujuan. Anehnya dua polisi itu tak menahan. Mereka malah mengantar lelaki mabuk ini hingga di rumah pesta. Dua polisi baik hati itu menitip pesan kepada penjaga pintu. “Kau harus memastikan dia pulang lagi ke rumahnya.”
Lalu kedua polisi itu pergi sembari berjanji akan datang lagi mengecek si pemabuk itu. Begitu dua polisi itu pergi, semua peserta pesta ikut bubar. Dengan mulut bau alkohol dia sempat meminta peserta menunggu. Tak ada yang peduli.
Acara itu pun bubar. “Datang ke sebuah pesta diantar polisi bukan ide bagus. Bisa merusak pesta,” ujar si pemabuk itu. “Kasihan juga si tuan rumah.”
Pemabuk yang mencoba melucu itu adalah Mike Tyson, petinju legendaris yang sohor dengan julukan si leher beton. Kisah di atas dituturkan Tyson kepada Las Vegas Sun, 26 Februari 2012.
Dan kisah mabuk itu hanya satu dari sekian kisah mengerikan, yang dituturkan dengan gaya melawak dalam acara Mike Tyson: Undisputed Truth-Live on Stage. Itu acara akan ditampilkan di panggung teater.
Dalam acara itu, Tyson akan “menelanjangi” dirinya sendiri. Mengajak penonton masuk ke dunia yang berjasa menerbangkan nama ke seluruh dunia, sekaligus membantingnya ke titik nadir.
Kini, nasib si raja Knock Out itu memang sedang sempoyongan. “Tiga tahun lalu saya tak punya rumah. Saya butuh uang untuk menjaga agar serigala tak memasuki pintu,” tutur Tyson seperti dikutip dari The Sun, Senin 5 Maret 2012.

Beruntung, lanjutnya, seorang penggemar nun jauh di Inggris sana, datang menolong. Memberi uang. Menampilkannya dalam sejumlah acara talkshow. Dari uang itulah Tyson mendanai acara teater. Penonton membayar.
Mike Tyson adalah contoh bahwa hidup bisa diputar ke sisi yang berseberangan. Dulu hidup dari bertarung di ring, kini hidup dari membanyol. Dulu para penonton ngeri melihat keberingasannya, kini mereka terbahak-bahak. Dua-duanya sama gunanya. Menyambung hidup.

 ********
Michael Gerard Tyson, begitu nama pemberian orang tuanya, lahir 30 Juni 1966 di Broklyn, sebuah daerah yang keras di kota New York. Ayahnya, Jimmy Kirkpatrick, meninggalkan rumah saat Tyson berumur 2 tahun. Seorang diri sang Ibu, Lorna Smith, membesarkan Tyson beserta dua saudaranya Rodney dan Denise.

Saat remaja Tyson gemar berkunjung ke Taman Kota Brownsville. Dia jatuh cinta pada taman itu. Pada burung dara yang selalu berkerumun. Entah apa daya pikatnya. Dia melihat burung dara itu seperti hewan ajaib.
Begitu sayang pada burung itu, ia lalu membeli dan merawat seekor di rumah. Rajin memberi makan. Memandikan. Bermain-main dan bersenda gurau dengan burung itu.
Suatu hari dia terkejut. Burung dara peliharaan itu raib dari rumah. Dicari ke sana ke mari tidak ketemu juga. Ternyata burung itu dicuri anak-anak bengal. Dan tak cuma mencuri, geng bengal itu memelintir leher burung itu, hingga jadi bangkai.
Tubuh si pembunuh burung itu memang lebih besar. Juga terlihat lebih kekar dari Tyson, yang saat itu berusia 11 tahun. Dan si bengal itu benar-benar cari gara-gara. Sembari membawa bangkai burung itu dia lewat di depan rumah. Lalu melempar bangkai itu ke muka si empunya.
Tyson yang pendiam itu pun muntab. Murka alang kepalang. Lalu nekat berkelahi melawan di tubuh besar itu. Tak menunggu lama, dia menghujani bertubi-tubi bogem ke muka sang lawan. Ditonton banyak orang. Si bengal itu babak belur.  “Boleh diartikan saya lah pemenangnya,” ujar Tyson dalam wawancara dengan majalah Time di kemudian hari.
Baku pukul karena burung itu, mengubah jalan hidup Mike Tyson. Dari anak rumahan menjadi berandalan jalanan. Dan hidup di jalanan daerah kumuh itu, seakan cuma bisa bertahan dengan kepalan tangan.  Dia lalu bergabung dengan geng jalanan. Berkelahi nyaris saban pekan.
Dan semenjak itu hidupnya cuma di dua tempat. Jalanan dan kamar penjara. Sebelum berumur 13 tahun, Tyson sudah ditangkap polisi 38 kali.
Sang ibu yang cemas lalu mengirim Tyson ke sekolah Tryon School for Boys di Johnstown, New York. Sekolah itu menampung banyak anak berandalan. Di situ banyak pilihan ekstrakurikuler. Dan Tyson memilih tinju.
Kelas itu dilatih oleh Bobby Stewart, seorang mantan petinju. Tapi Tyson hanya berlatih beberapa bulan di situ. Melihat bakat besar Tyson, Bobby lalu mengenalkannya dengan pelatih legendaris Cus D’ Amato. Lewat tangan orang inilah dunia mengenal kepalan tangan si leher beton itu.
Dari sekolah itu dia dipindahkan ke sasana tinju D’Amato di Catskill Boxing Club pada tahun 1980. Dibantu asistennya, Kevin Rooney, D’Amato membentuk ulang anak bengal itu. Menanam kedisiplinan. Melatihnya mengendalikan diri.
Kelak Tyson mengenang D’Amato sebagai arsitek dalam hidupnya. “Dia menghancurkan hidup saya. Tapi kemudian ia membangunnya kembali.” Sang pelatih memindahkan kebengalan anak jalanan itu ke atas ring.
Ketika diperam di sasana itu, Ibu Mike Tyson jatuh sakit. Kanker menggerogoti ibu yang berjuang keras. Lalu menyerah. Lorna Smith wafat tahun 1982, dua tahun sebelum Tyson memulai karir profesional.
Sepeninggal sang ibu, D’Amato menjadi wali Tyson. Dia menjadi sosok ayah bagi Tyson, sampai D’Amato meninggal tahun 1985. Setelah D’Amato wafat Tyson dilatih Kevin Rooney.

Tahun 1984, saat berusia 18 tahun, Tyson memulai debut tinju profesional. Remaja bengal itu sukses memukul KO Hector Mercedes di ronde pertama. Memukul Hector hingga tersungkur melempangkan jalan ke lawan-lawan berikutnya.
Dan kemenangan demi kemenangan diraih. Hampir semua tersungkur KO. Lalu tibalah 1986 itu. Remaja 20 tahun itu melawan Trevor Berbick sang juara di kelas berat versi WBC.
Meski Berbick bertubuh besar, Tyson tidak sulit merubuhkan sang juara. Di ronde kedua Berbick tersungkur. Tyson pun mencatatkan diri sebagai petinju termuda dalam sejarah yang berhasil meraih sabuk juara kelas berat dunia. Ia meraihnya dalam usia 20 tahun, 4 bulan, 22 hari.
Tyson kemudian membuat para petinju meriang ketakutan, bahkan para juara. Pada tahun 1976 itu juga, dia memukul KO James Smith pemegang sabuk kelas berat WBA. Lima bulan kemudian, Tyson menjadi petinju pertama yang berhasil menyatukan seluruh gelar tinju kelas berat, setelah  mengalahkan Tony Tucker, pemegang sabuk IBF.
Tyson kemudian dikenal sebagai raja KO. Dia berhasil menang 28 kali. Dan 26 di antaranya menang dengan KO atau TKO. Dari pertarungan sejumlah itu, 16 di antaranya menang KO di ronde pertama. Hampir seluruh lawan bengap.
Setelah menyudahi semua jawara di kelas berat, Tyson kemudian menghadapi petinju yang mengincar gelar-gelar itu. Dari wajah baru hingga para jawara tua. Dan mereka disudahi dengan cara menggetarkan.
Mantan juara kelas berat dunia Larry Holmes tersungkur di ronde ke empat. Leonel Spinks jatuh dan tak bangun lagi hanya dalam tempo 91 detik. Kegarangan Tyson terus mendunia.

*****
Tapi keharuman itu tidak berumur panjang. Sejumlah kalangan menyebutkan gaya hidup Mike Tyson berubah semenjak berkenalan dengan Don King, promotor flamboyan yang gemar pesta.  Tyson mulai doyan pesta dan absen dari sasana latihan.
Hubungan dengan sang pelatih jadi tegang. Tyson marah besar. Dan puncak perseteruan itu tahun 1988. Dia memecat tanpa sebab Kevin Rooney, pelatih yang susah payah menanam kedisiplinan.
Rooney pergi, kehidupan Tyson kian liar. Tak ada lagi orang yang sesabar Rooney mengingatkan soal disiplin dalam hidup, juga di atas ring. Hidupnya kembali bengal. Rajin mabuk di pesta-pesta.
Dan dia menuai badainya lewat hook beruntun James Buster Douglas. Petinju yang tidak dikenal itu menghajar Tyson Februari 1990 di Jepang. Sebuah pukulan upper cut kanan memang sempat merubuhkan Douglas ke lantai. Tapi dia bangun lagi. Seperti sudah mengukur daya pukulan Tyson, Douglas tampil lebih impresif.
Dan hook kanan beruntun di ronde 10 mengirim Tyson mencium kanvas. Dalam pertarungan ulang, Tyson kemudian membalas dendam. Memukul KO Douglas. Tapi pertarungan melawan Douglas itu perlahan mulai meruntuhkan kedigdayaan Tyson. Si raja KO itu bisa tersungkur juga, bahkan oleh pendatang baru.
Meski para penantang mulai berani, Tyson tak kunjung memperbaiki kelemahan utamanya, kedisiplinan. Hidupnya malah kian buram. Tahun 1991, dia dihukum penjara enam tahun karena memperkosa ratu kecantikan dari Rhode Island, Desiree Washington.
Insiden itu terjadi di Indianapolis. Di penjara, Tyson mulai mengenal dan memeluk agama Islam. Dia mengganti nama menjadi Malik Abdul Aziz. Tiga tahun dia menjalani hukuman.
Keluar dari penjara dia seperti terlahir kembali. Berhasil merebut gelar WBC dan WBA dengan memukul KO Frank Bruno dan Bruce Seldon. Namanya kembali gemilang dalam dunia tinju.
Tapi masa suram itu datang lewat kepalan tangan Evander Holyfield. Petinju yang telah lama menunggu giliran bertarung melawan Tyson. Menerima pukulan bertubi-tubi 9 November 1996 dari Evander, wasit menghentikan pertandingan. Tyson kalah TKO. Dia kehilangan gelar WBA.

Pertandingan ulangnya dibatalkan setelah Tyson menggigit kuping Holyfield. Tyson berdalih, dia kesal karena kepala Holyfield terus membentur dahinya tanpa dihentikan wasit. Semenjak itu Tyson jadi bahan olokan.
Tahun 2002, dia kembali bertinju pada usia ke 35. Tapi ia kalah KO oleh Lennox Lewis. Tahun 2006, Tyson resmi mundur setelah kalah KO dari Danny Williams dan Kevin Mcbride. Dua petinju yang tak begitu dikenal dunia.

*****
Gelar hilang, harta juga lenyap. Berkarir semenjak 1984, Tyson sesungguhnya meraup uang banyak. Sedikitnya U$400 juta dolar. Sekitar Rp3,6 triliun. Si leher beton ini memang dibayar mahal tiap bertinju. Pada masa keemasan pernah dibayar U$30 juta dolar alias Rp270 miliar. Untuk sekali tarung.
Bergelimang uang, gaya hidupnya di awang. Pada akhir 2003, Tyson pergi ke toko permata dan membeli emas berlapis permata 80 karat seharga U$174.000 dolar atau Rp1,5 miliar. Dia banyak menghabiskan uang bersama wanita. Memanjakan mereka dengan perhiasan dan foya-foya. Saban hari begitu, tentu saja uang itu ludes.
Hanya delapan bulan sesudah kehebohan membeli emas miliaran itu, Tyson mengumumkan dirinya bangkrut. Ia mendaftarkan pengakuan bangkrut itu pada 22 Desember 2003 di Pengadilan Kebangkrutan Amerika Serikat di Manhattan.
Harian The New York Times melaporkan Tyson memiliki utang U$23 juta dolar atau Rp207 miliar. Ia juga memiliki utang pajak di Amerika Serikat dan Inggris sebesar U$17 juta dolar atau Rp153 miliar.
Utang itu untuk biaya pengacara sebesar U$750 ribu dolar atau Rp6,7 miliar. Utang biaya pelayanan limosine sejumlah U$300 ribu dolar atau Rp2,7 miliar. “Saya betul-betul sudah melarat dan bokek,” katanya kepada wartawan saat itu.
Tidak hanya bokek, Tyson bahkan dikabarkan sudah jadi gembel. Pada tahun 2004, di berbagai forum internet, ramai diberitakan Tyson hidup luntang-lantung hidup tanpa rumah. Seluruh asetnya habis membayar utang.
Lalu munculah bantuan penggemar di Inggris itu.  Dia kemudian menikahi seorang wanita bernama Lakiha Spicer tahun 2009. Bersama Spicer, yang akrab disapa Kiki itu, Tyson mengatur hidup dari pinggiran kota Las Vegas. Mereka tinggal di perumahan Seven Hills.
Menurut The New York Times, rumah itu dibeli Tyson dari Jalen Rose, pebasket NBA. Dan itulah satu-satunya aset Tyson saat ini. Kini usianya 45 tahun. Punya dua anak bernama Moroco dan Milan. Meski hidup pas-pasan, kata Tyson, “Saya memiliki banyak kesenangan, seorang istri dan dua anak.”
Kini hidup Tyson berubah. Tidur pukul delapan malam. Jam dua pagi dia bangun. Lalu mendengar musik dari Ipod-nya. Setelah itu membaca buku. Ia melalap buku apa saja.
Pukul 6 pagi, saat istrinya bangun, barulah ia memulai harinya. Biasanya mereka berunding soal proyek. Bersama sang istri, Tyson memang mendirikan perusahaan Tyranic. Bergerak di bidang hiburan. Sang istri jadi manajer Tyson.
Sejumlah proyek yang digarap antara lain  pembuatan film, pertunjukan teater, atau talk show. Dan semua acara itu berkisah tentang Mike Tyson.
Pemain di setiap teater adalah Tyson. Ia bahkan pemain tunggal. Pada setiap panggung dia berkisah tentang hidupnya sendiri.  Menurut The Washington Post, pagelaran berjudul “Mike Tyson: Undisputed Truth— Live on Stage” akan digelar selama sepekan.  Dari 13 April sampai 18 April 2012.
Harga tiketnya tidak mahal. Untuk 740 kursi penonton, tiket dijual seharga U$99,99 dolar atau Rp900 ribu. Sementara untuk kursi VIP dijual U$499,99 dolar atau sekitar Rp4,5 juta. Acara itu akan digelar di MGM Grand Hollywood Theatre.
Proyek terakhir yang sedang digarap suami istri adalah film komedi “Hangover III.” Film ini memang berkisah tentang sejarah hidup Tyson. Setelah sukses dengan Hangover I dan II, kini Tyson menggagas untuk membuat sekuel ketiga.

Generasi muda kini lebih mengenal Tyson sebagai pemain teater dan film ketimbang sebagai petinju legendaris. Satu dari dua polisi baik hati yang menghantar Tyson ke tempat pesta malam itu,  berujar dengan suara girang, “Saya menyukai penampilan Anda di Hangover.”

• VIVAnews

Keledai

Di suatu desa terpencil, hiduplah seorang pria yang tua renta, yang tinggal dengan anaknya yang berumur 12 tahun.
Pria ini memutuskan untuk menjual keledai nya yang sudah tua ke pasar, ia bersama anak nya, pergi ke pasar.Karena jaraknya cukup jauh, mereka berdua, menaiki keledai itu sampai bertemu dengan seorang pria.

pria itu berkata:

Pria: "sungguh kasihan keledai itu, kalian menaikinya berdua, dia tidak cukup kuat menanggung beban kalian berdua".

Mendengar hal itu, mereka sang pria yang tua renta itu turun dan membiarkan anaknya menaiki keledai.
dan di tengah perjalanan mereka, bertemulah dengan seorang Prajurit, ia berkata

Prajurit: "hai nak, seharusnya kau membiarkan pria tua itu menaiki keledai itu, kau masih muda dan cukup kuat untuk berjalan bukan?"

Sang anak pun turun dan membiarkan ayahnya menaiki keledai itu, dan ia menarik keledai itu di sebelah ayahnya.

Lagi-lagi di tengah perjalanan , terdapat kelompok ibu-ibu, mereka mengatakan:

Ibu-Ibu: "Tega sekali kau membiarkan anak sekecil itu menarik keledai , dan kau duduk enak di sana, kenapa kau tidak membiarkan anak itu saja yang naik?"

Mendegarnya, mereka berdua memutuskan untuk berjalan bersama, dan tidak menaiki kedelai.

Pada saat mereka hampir sampai di tujuaan, mereka bertemu dengan seorang pengembara dan ia mengatakan:

Pengembara:"kalian berdua punya keledai, namun mengapa kalian berdua berjalan kaki sambil membawa keledai itu dan tidak menaikinya berdua?"

Sang anak pun kebingungan dan menanyakan pada ayahnya...

Anak :ayah apa yang harus kita lakukan?segala sesuatu yang kita lakukan nampaknya membuat orang-orang tidak senang.

Ayah: begitulah nak, mulai sekarang jangan lah pernah mendengar apa kata orang-orang, lakukanlah hal yang kau inginkan dan jangan pernah ragu-ragu oleh perkataan orang lain, karena belum tentu yg mereka katakan benar.


jadi intinya segala sesuatu yang kita lakukan itu pasti akan di hakimi oleh orang lain atau di cibir,bahwa yang kita lakukan itu salah.

jadilah dirimu sendiri, lakukan lah hal yang kau sukai, contoh nya seperti kita suka/hobi mengkoleksi suatu benda seperti mainan. dan orang-orang mencibir kita bahwa kita seperti anak kecil, jangan dengar pendapat mereka, lakukanlah hal yang memang kita sukai , tidak perlu malu atau gengsi, setiap orang berbeda-beda, kita tidak mungkin menjadi sama atau mengikuti apa kata orang lain kan?

Kisah Hidup Pengasuh Waria Barack Obama

Pada suatu masa, Evie pernah merawat "Barry" Obama, anak yang kemudian tumbuh menjadi pria paling berkuasa di dunia. Kini pengasuh transgender Obama tersebut hidup ketakutan di jalanan. Ia sudah membuang gaun bunga-bunganya, rompi brokat, dan pakaian dalam perempuan yang pernah ia miliki.

Evie lahir sebagai seorang pria, tapi percaya sebenarnya ia adalah seorang perempuan. Seumur hidupnya, Evie harus menanggung hinaan dan pukulan karena identitasnya tersebut. Dalam laporan khusus Associated Press, ia bercerita, seorang tentara pernah mencukur habis rambutnya yang panjang dan hitam serta menyundut rokok ke lengannya.

Saat ia melihat jenazah bengkak rekannya yang waria mengambang di kanal pembuangan air dua dekade lalu, Evie langsung mengambil semua pakaian wanitanya dan menyimpannya di dua kardus besar. Lipstik-lipstik bekasnya, bedak, serta pemulas mata ia berikan ke orang.

"Saya tahu di dalam hati saya seorang perempuan, tapi saya tidak mau mati seperti [rekan saya] itu," kata Evie, kini 66, dengan bibir sedikit gemetar. "Jadi saya terima saja...Saya kini hidup seperti ini, sebagai seorang pria, semenjak kejadian itu."

Sikap Indonesia terhadap kaum waria sangat rumit.

Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak waria yang tinggal tersebar di Indonesia, tapi para aktivis memperkirakan ada 7 juta waria hidup di Indonesia.

Waria di Indonesia sering mengadakan kontes kecantikan, bekerja sebagai penyanyi, atau di salon kecantikan, kadang bahkan menjadi pemandu acara bincang-bincang di televisi seperti Dorce Gamalama.

Meski begitu, ada kebencian sosial yang mendalam terhadap waria. Saat karakter waria muncul di komedi televisi, mereka menjadi bulan-bulanan. Mereka agak bersembunyi di masyarakat setelah muncul berbagai serangan oleh kelompok muslim garis keras.

Majelis Ulama Indonesia pun sudah mengeluarkan fatwa bahwa para waria harus menjalani hidup sesuai dengan jenis kelamin saat mereka dilahirkan, karena tiap jenis kelamin memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu reproduksi.

"Mereka harus menerima jenis kelamin mereka," kata Ichwan Syam, seorang ulama MUI.

"Jika mereka tidak mau menyembuhkan diri secara medis atau religius, mereka harus menerima nasib untuk dihina dan dilecehkan."

Banyak waria beralih menjadi pekerja seks komersial karena pekerjaan sangat sulit dicari, dan mereka tetap ingin hidup sesuai gender mereka yang sebenarnya. Saat melakukan pekerjaan tersebut, mereka berisiko terkena AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.

Seperti Evie, banyak waria lain yang memutuskan bahwa lebih baik untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya. Ada juga yang melawan balik. Bulan lalu, waria berusia 50 tahun melamar untuk jadi salah satu anggota komisioner di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Kilatan kamera paparazzi muncul saat Yuli Retoblaut keluar dari mobil minivan mewah pinjaman berwarna hitam. "Saya terlalu jelek untuk jadi PSK, tapi saya bisa menjadi pengawal mereka," kata Yuli, tertawa.

Ancaman kekerasan di Indonesia terhadap waria sangatlah nyata: Komnas HAM mencatat ada 1000 laporan penyiksaan per tahun, dari pembunuhan sampai pemerkosaan sampai gangguan pada aktivitas organisasi mereka. Di seluruh dunia, setidaknya satu orang dibunuh per hari, menurut data Trans Murder Monitoring Project yang mengumpulkan laporan pembunuhan.

Evie memilih namanya karena menurut dia nama itu terdengar manis. Tapi, dia lalu mengeluarkan KTP-nya dan menunjukkan nama aslinya, Turdi, dan jenis kelaminnya di KTP yang tertera sebagai laki-laki.

Beberapa orang yang sudah lama tinggal di kawasan Menteng tempat Obama tinggal membenarkan, bahwa Turdi bekerja di sana selama dua tahun. Turdi juga merawat adik Obama, Maya, yang saat itu masih bayi. Saat ditanya tentang si pengasuh, Gedung Putih tidak mau mengeluarkan komentar.

Evie kini tinggal di sebuah gubuk sempit, di permukiman kumuh di timur Jakarta. Sehari-harinya ia menjadi buruh cuci, mengumpulkan pakaian dan mencuci baju kotor, untuk makan sehari-hari. Ia memakai jins biru berpotongan baggy dan kaus putih mengiklankan resor pantai yang tenang dan indah, sebuah tempat jauh yang tak pernah ia kunjungi.

Evie berbicara perlahan, sopan, dan ada kerutan khawatir di dahinya.

Saat masih kecil, Evie sering dipukuli oleh ayahnya yang benci punya anak seorang "banci". "Dia ingin saya bertindak seperti anak laki-laki, tapi saya tidak merasa sebagai laki-laki," kata dia.

Setelah dihina dan disiksa, ia keluar dari sekolah setelah kelas tiga SD dan mulai belajar memasak.

Ternyata Evie sangat mahir memasak, ia pun bekerja di dapur di beberapa pejabat saat remaja. Ia mengingat masa-masa itu sambil tersenyum. Dan pada sebuah pesta perjamuan pada 1969, Evie bertemu dengan Ann Dunham, ibu Barack Obama, yang tiba dua tahun lalu di Indonesia setelah menikahi seorang pria Indonesia, Lolo Soetoro.

Dunham sangat terkesan dengan bistik dan nasi goreng buatan Evie. Ibu Obama pun akhirnya menawarkan pekerjaan buat Evie. Tak lama kemudian, Evie pun menjadi perawat Barry yang saat itu berusia 8 tahun, menjadi teman bermain, sekaligus menjemput dari dan mengantar ke sekolah.

Para tetangga ingat bahwa mereka sering melihat Evie keluar rumah pada malam hari mengenakan gaun lengkap dan riasan wajah. Namun, kata Evie, dia ragu Barry mengetahui hal itu.

"Dia masih sangat muda," kata Evie. "Dan saya tidak pernah mengizinkan dia melihat saya dengan pakaian perempuan. Tapi dia pernah melihat saya mencoba lipstik ibunya, kadang-kadang. Dia selalu tertawa senang melihatnya."

Saat keluarga tersebut pindah dari Indonesia pada awal 1970an, keadaan mulai memburuk buat Evie. Ia tinggal bersama seorang pacar. Namun, hubungan itu kandas tiga tahun kemudian, Evie pun menjadi pekerja seks.

"Saya berusaha bekerja sebagai pembantu, tapi tidak ada yang mau mempekerjakan saya," kata Evie. "Saya butuh uang untuk membeli makanan, tempat tinggal."

Evie harus kucing-kucingan dengan penjaga keamanan dan — karena saat itu Indonesia di bawah kekuasaan Soeharto — dengan tentara. Mereka sering mengumpulkan "banci", menaikkan mereka ke truk, dan mengangkutnya ke lapangan, tempat para waria ini ditendang, dipukuli, disiksa, dan dilecehkan.

Pada 1985, semuanya berubah. Ia dan teman-temannya kocar-kacir di antara gang-gang gelap untuk menyelamatkan diri dari tongkat pukul. Seorang waria yang sangat cantik, Susi, lompat ke kanal air penuh sampah.

Setelah keadaan tenang, mereka yang kabur kembali ke tempat semula, mencari Susi.

"Kami mencari semalaman," kata Evie, yang sampai sekarang masih dihantui oleh wajah temannya itu. "Akhirnya...kami menemukan dia. Keadaannya sangat mengenaskan. Tubuhnya bengkak, mukanya hancur."

Kini Evie mencari ketenangan lewat agama, ia rutin pergi ke masjid untuk salat lima kali sehari. Menurut Evie, dia hanya menunggu mati. "Saya tidak punya masa depan lagi."

Evie mengaku tidak tahu bahwa Barry yang pernah ia besarkan kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2008. Sampai kemudian Evie melihat foto keluarga yang pernah menjadi majikannya di koran dan TV lokal. Ia mengaku kenal dengan mereka.

"Saya tidak percaya," kata dia, lalu tersenyum lebar.

Kawan-kawannya awalnya tertawa dan berpikir Evie sudah gila, tapi mereka yang tinggal di kawasan Menteng Dalam membenarkan cerita Evie.

"Banyak tetangga yang kenal Turdi... Dia populer di sini, saat itu," kata Rudy Yara, yang masih tinggal di seberang bekas rumah Obama. "Dia orang yang baik dan sangat sabar dalam mengasuh Barry."

Evie berharap bekas asuhannya itu akan menggunakan kekuasaannya untuk membantu orang-orang seperti dia melawan para penindas. Obama sudah menunjuk Amanda Simpson, seorang transgender, sebagai penasihat teknis senior di Departemen Perdagangan pada 2010.

Buat Evie, yang penghasilannya tak cukup untuk hidup sehari-hari di jalanan Jakarta, kemenangan Obama di pemilihan presiden pada 2008 lalu cukup untuk memberinya alasan — setelah sekian lama — untuk berbangga.

"Sekarang, saat orang-orang menyebut saya sampah, saya bisa bilang: saya dulu menjadi pengasuh Presiden Amerika Serikat!"



Sumber