DIBALIK BUKU CHAIRUL TANJUNG SI ANAK SINGKONG


Saya secara pribadi belum memiliki Buku ini, walaupun sebenarnya punya niatan besar untuk membelinya suatu saat nanti. Setelah mendengar tokoh nasional ini membuat buku tentang kehidupan beliau yang luar biasa, saya langsung ke “mbah google” untuk bertanya . . . dan ini lah beberapa yang dapat saya petik informasi tentang buku dan juga apa di balik buku ini.

Secara pribadi saya hanya tahu  beliau sebagai pengusaha sukses, pemilik Trans Corp, Bank Mega dan usaha lainnya,   Ada beberapa item singkat  (nanti  dijabarkan di bawah, setelah ini) yang saya dapatkan dari diri Pa Chairul Tanjung  :
  1. Perjuangan dari bawah menuju puncak,  Leader : Good To Great.
  2. Pengusaha Sukses bisa diraih dengan kerja keras bukan sekedar warisan
  3. Ibu, sebuah kata yang melahirkan kekuatan semangat luar biasa
  4. Orang Media yang tetap berada di balik layar Media (jarang di ekspose)
  5. Chairul Tanjung adalah “ Level 5 Executive” Indonesia ala Jim Collins (Rendah Hati dan Profesional)
  6. Dekat dengan para Pemimpin (Peluncuran buku ini Dihadiri SBY)
  7. Tidak haus kekuasaan (Pernah dua kali di tawari SBY jadi menteri tapi di tolak, sangat berbeda dengan pengusaha dan pemilik stasiun TV yang lain)
  8. Religius dan selentingan katanya sangat aprisiasi positif dengan dakwah Islam
  9. Dari point-point di atas sangat layak kita untuk membli buku beliau (bukan apa2) tapi untuk belajar dan menghargai perjuangan beliau…
  10. Saya berimajinasi bagaimana kalau Indonesia ini suatu saat nanti mempunyai Presiden yang namanya Chairul Tanjung . . .
Buku Si Anak Singkong
Sebenarnya, kata pa Chairul Tanjung keinginan awalnya meluncurkan buku ini ketika Ulang Tahun ke 40 Tahun, namun karena kesibukan dan lain hal, ternyata baru bisa pada Ulang Tahun ke 50 ini (yang sebenarnya jatuh pada 16 Juni 2012 lalu).
Buku setebal 360 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini disusun oleh wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri & Pemimpin Umum Harian Kompas.
Dalam bukunya, Chairul memang memberi porsi besar pada peran ibunya Halimah Tanjung atas kesuksesan yang ia capai selama ini. Bahkan dalam acara peluncuran buku ini, Chairul yang mengajak ibu Halimah ke atas panggung, meneteskan air mata ketika mengungkapkan betapa besar peran sang ibunda.
Secara umum, buku ini berkisah tentang perjalanan Chairul dari Gang Labu, gang sempit di pedalaman Jakarta, tempat Chairul kecil dibesarkan hingga pria kelahiran tahun 1962 ini dapat meraih kesuksesan dengan menjadi CEO sekaligus Chairman CT Corp. Dalam buku itu dikisahkan, Chairul kecil sudah terbiasa berusaha mencari uang atas jerih payah sendiri mulai dari berjualan es mambo hingga bekerja di tukang fotokopi ketika kuliah. Oleh teman-teman masa kecilnya dia pernah dijuluki Si Anak Singkong, karena merupakan anak kampung dari keluarga yang cukup sederhana.
Buku “Chairul Tanjung Si Anak Singkong” diluncurkan bertepatan usia Chairul Tanjung (CT) setengah abad. CT, demikian nama panggilannya, adalah pengusaha Indonesia yang sukses dalam wirausahanya dan memperluas usahanya.
Biografi Chairul Tanjung diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, CT mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk CT. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.
Sang ibunda, Halimah, mengatakan bahwa uang kuliah CT pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.
Bab-bab berikutnya masih menceritakan kehidupan masa muda CT, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha. Tahun 1987, CT menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah pabrik sandal.
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga CT, ketia CT bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang tegas dan tegar.
Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat.
CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.
CT mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources.
Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal.
Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end.
Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus pada bisnis perkebunan.
Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang CT berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat.

Kesan  Jakob Oetama ( Pemimpin Umum Kompas Gramedia)
Begitu terharu dengan kisah hidup Chairul yang begitu terjal berliku. Ada dua peristiwa dalam buku itu yang diingat betul oleh Jacob.

“Pertama ketika ibu Pak Chairul terpaksa menjual kain kesayangannya untuk menambah biaya kuliah. Kedua pak Chairul mendapatkan kesempatan untuk mengantarkan ibunda untuk naik haji,”
“Kedua,  semangat Chairul yang memiliki tekad besar untuk memberikan lapangan kerja yang luas. “Sekarang cita-citanya jangan hanya memiliki 75.000 karyawan tapi 150.000. Dia seorang wirausahawan yang memiliki rasa tanggung jawab,” .
Kagum dan mengapresiasi anak muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan, dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit banyak digerakkan ambisi. Chairul Tanjung, yang juga sering disebut dengan CT telah membuktikan bahwa entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, menyebut Chairul Tanjung sebagai orang yang memulai dari bawah, yakni berangkat dari keluarga miskin menjadi pengusaha kaliber nasional. Secara pribadi, Jakob menyebut Chairul sebagai orang yang lurus dan jujur.

Kesan Presiden SBY

“Saya dua kali menawari beliau agar bergabung sebagai menteri tapi selalu ditolak. Belakangan diketahui bahwa dia tidak ada konflik kepentingan,” kata Yudhoyono.

Perkenalan Yudhoyono dengan Chairul terjadi pada tahun 2002, sewaktu dia menjadi Menko Polkam di kabinet pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Sosok Chairul dikenal sebagai seorang pengusaha yang berkesan di mata Yudhoyono.
Di atas panggung, Yudhoyono merinci beberapa hal yang unik ditemui pada sosok pribadi Chairul. Poin pertama adalah pandai menjaga persahabatan dengan figur yang berkuasa maupun setelah mereka tidak lagi menjabat.
Poin berikutnya adalah profesional, yakni bekerja dengan etika dan berorientasi dengan hasil yang terbaik. Poin ke tiga, Yudhoyono menyebut Chairul sebagai man of ideas yang memiliki segudang ide, serta man of action sebagai orang yang bekerja untuk melaksanakannya.
Hal yang dikenang oleh Yudhoyon pada diri Chairul adalah sebagai pebisnis yang brilian. Poin terakhir, Chairul adalah orang yang kritis, menyampaikan kritik tepat pada sasaran


No comments:

Post a Comment